Motivasi Terbaik! Mosaik Perjuangan.
Mosaik Perjuangan
Oleh Insa
Antara bangkit dan menyerah. Siapa yang tidak paham dengan dua kata itu, pastinya kita familiar, bukan? Bagaimana dengan jatuh? Apa kalian paham makna dari kata 'jatuh' itu sendiri? Jatuh bukanlah ketika kita sudah berjuang mati-matian lalu berakhir gagal. Namun, jatuh adalah ketika kita menjadikan 'menyerah' sebagai satu-satunya pilihan.
Di blog ini, saya akan menceritakan pengalaman saya pada kalian. Cerita yang mungkin terlihat biasa saja bagi kalian yang memiliki kisah sama atau mendekati sama seperti saya. Akan tetapi, ini begitu berarti bagi saya, ada banyak sekali moment yang terjadi di hidup dan rasanya terlalu indah untuk dilupakan.
Saya harap, kalian bisa mengambil hikmah dari tulisan ini, namun... sebelum saya mulai menceritakan, cobalah cari tempat yang nyaman agar kalian bisa fokus pada apa yang saya tulis. Selamat membaca!
...
Tulisan ini (entah puisi atau bukan) aku tulis ketika mengikuti kelas menulis puisi bersama kak @sseruni (sudah diedit, tentunya). Kelas menulis ini berlangsung tepat 1 hari setelah pengumuman SBMPTN, ketika disuruh untuk menciptakan dunia sendiri sebagai imajinasi, aku memikirkan langit yang sedang hujan, karena di hari pengumuman SBMPTN aku sedang dalam perjalanan dan kebetulan hujan deras. Di waktu itu, aku menghamburkan banyak doa ke langit, berharap yang terbaik akan menemuiku, entah itu berujung sebagai mahasiswi ataupun tidak.
Kembali lagi pada dunia imajinasiku. Menurutku, saat hujan turun, langit menjelma menjadi taman bermain bagi doa doa kecil dan harapan besar umat manusia. Setiap doa membawa nama pemiliknya, berlarian tergesa menukarnya dengan hal nyata dan manis. Langit dan hujan berbaik hati menjadi pengantar harap lebih cepat. Setelah hujan reda, banyak yang berseri, seperti hujan yang bertemu tanah, dan setiap harap yang bertemu hal nyata.
Nb : Setelah seminggu merasakan sibuknya menjadi seorang mahasiswi, aku kembali melihat tulisan ini, rasanya tak adil jika langsung patah semangat hanya karena tugas yang menumpuk, melihat dulu pengumuman ini adalah hal sangat dinantikan.
-------------------------
Begitulah isi dari makna puisi Kak @anggunnfahmi yang berhasil membuat saya flashback ke masa lalu ketika membacanya. Duh, seperti mengingat pacar yang putus saat sedang sayang-sayangnya, et! becanda hehehe....
Postingan tersebut berhasil mengunggah diri saya untuk ikut berbagi pengalaman tentang motivasi yang menjadi 'kecambah' hidup saya sewaktu awal-awal masa putih abu-abu. Tentang keinginan tinggi akan 'kuliah' namun merasa 'jatuh' saat mengingat keluarga yang memiliki pendapatan pas-pasan. Ayah memiliki jabatan sebagai dusun di desa, dengan pendapatan yang diterima tiga bulan sekali. Sedangkan ibu hanyalah seorang IRT dan petani. Pendapatan yang diterima keduanya tidaklah seberapa, belum lagi biaya untuk adik laki-laki satu-satunya yang berstatus sebagai 'anak' baru di salah satu MTSN Negeri.
Namun, hal itulah yang menjadi penguat saya. Bangkit menjadi pilihan pertama atas dua opsi yang saya tulis di selembar kertas, antara Menyerah atau Maju tanpa Jemu. Saya percaya, jika meraih mimpi disertai rintangan, dapat menjadikan 'diri' lebih kuat menghadapi tantangan yang bisa timbul secara mengejutkan di tengah jalan. Bukankah kita sering mendengar kalimat yang mengatakan jika perjuangan setara dengan hasil? Dunia ini luas, ada berbagai hal yang bisa kita pilih, dan 'apa yang kita centang' itulah yang menentukan akan menjadi apa kita di masa depan.
Kembali lagi ke topik. Kuliah menjadi list kedua di hidup saya. Lah, kok bisa Kak? Mungkin banyak yang bertanya-tanya kenapa menjadi pilihan nomor dua. Salah satu penyebabnya seperti yang saya jelaskan di atas, mengenai pendapatan keluarga. Kemudian, alasan lain yaitu saya ingin menjadi penulis. Kedua hal tersebutlah yang berhasil membuat saya bersemangat dan tetap berpikiran positif akan masa depan yang cerah, juga supaya tidak terlalu terpuruk jika nanti ketika lulus keinginan kuliah tidak kesampaian.
Masa putih abu-abu, sejak kelas satu SMA saya bersemangat sekali untuk mencari tahu tentang beasiswa kuliah, dimulai dari mencari di internet maupun bertanya kepada teman-teman. Lelah mencari, akhirnya salah satu teman saya menceritakan tentang kakaknya yang menerima beasiswa untuk kuliah, dari sanalah awal mula saya mengenal Beasiswa Bidikmisi.
Saya mencari tahu tentang beasiswa itu di internet maupun media sosial seperti instagram, akan tetapi saya gagal paham. Berkali-kali saya membaca persyaratan-persyaratan yang tertera, berkali-kali juga saya kebingungan. Mungkin ada beberapa yang saya mengerti, namun ada banyak juga yang gagal saya pahami.
Saat itu saya sempat drop ketika membaca salah satu persyaratan beasiswa yang mengatakan jika 'bukti prestasi akademik/non-akademik' dapat menjadi penguat untuk di terimanya kita di kampus tempat pengajuan beasiswa. Sebab, jujur saya tidak ada mengikuti kegiatan apapun di SMA, saya hanya sekolah sebagai murid biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol dari diri saya.
Akhirnya, timbul tekat kuat dalam diri saya untuk 'mencari pengalaman' supaya memudahkan saya untuk mendaftar beasiswa dan menjadi pertimbangan agar di luluskan. Dimulai dari mengikuti FLS2N, OSN Ekonomi, O2SN, dan Lomba Debat.
Kegiatan pertama yang saya ikuti adalah tahun 2017 saat FLS2N pada Lomba Baca Puisi. Alhamdulillah saya berhasil melewati babak pertama sebagai peserta pertama yang lolos, namun pada babak kedua saya jatuh, sebab puisi pada babak tersebut dipelajari secara mendadak alias buru-buru. Pikiran saya mulai negatif thinking, saya kerap kali merapalkan dalam hati kalau saya 'tidak akan' menang. Pias, begitu gambaran wajah saya waktu itu. Namun saat pengumuman saya terkejut jika ternyata saya lah yang memegang juara 3 tingkat kabupaten, Alhamdulillah. Hal ini menambah semangat saya untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Akan tetapi, semuanya tidak semudah yang saya bayangkan. Bahkan saya masih ingat, tentang harapan saya untuk memenangkan lari jarak 100 meter putri di lomba O2SN tingkat kabupaten di Lapangan Pacu Kuda Simpang Tiga, Bener Meriah. Saya kalah pada lomba itu, bukanya membawa kemenangan untuk sekolah, saya malah merasa malu dan menyesal secara bersamaan, sebab ada dua kejadian memalukan yang tidak mungkin saya ceritakan disini. Mengapa demikian? Sebab lomba itu bukanlah bidang saya, saya hanya mendaftar untuk memenuhi rasa penasaran, atau dalam artian lain... keluar dari zona nyaman. Jadi teman-teman, melihat situasi saya yang seperti itu, ada saran untuk kalian, "Keluarlah dari zona nyaman sesuai bidangmu, sebab jika kamu keluar tanpa memerhatikan 'detail' seperti apa dirimu, maka kamu akan tersesat. Layaknya keluar dari rumah, namun kemudian memasuki labirin."
Kejadian yang sama juga saya alami di lomba OSN Ekonomi, saya kalah untuk kesekian kalinya. Hal ini tentu saja berhasil membuat saya kehilangan separuh semangat. Apalagi saat melihat beberapa kakak kelas dan teman seangkatan yang diberi hadiah 'masing-masing' di lapangan sekolah selepas upacara bendera pada hari Senin. Duh... pengen dan sedih menguar secara bersamaan.
Beberapa kali gagal membuat saya menjadi malas. Malas mengikuti kegiatan, malas ini itu, malas baca dan lain-lain. Semuanya seperti sia-sia. Saya patah sekali waktu itu. Bagaimana tidak? Mental saya berhasil dibanting berkali-kali.
Ditengah kemalasan saya yang hakiki, saya masih sempat-sempatnya mengikuti latihan debat dengan satu teman dekat saya di kelas, yang dibimbing oleh salah satu guru bahasa indonesia, beliau bernama Ibu Saprina. Guru cantik saya itu mengajari kami dengan telaten dan sabar, jika mengingat beliau... sungguh kepada beliaulah saya patut berterima kasih sebesar-besarnya.
Kabar gembira diberitakan beliau kepada kami berdua saat latihan debat di kantor guru, bahwa ada lomba debat untuk mewakili kabupaten, yaitu Lomba Debat Bahasa Indonesia, Olimpiade Bahasa Jerman dan Debat Bahasa Inggris di Banda Aceh. Akan tetapi, dikarenakan lomba debat ini hanya boleh diwakili satu murid dari setiap satu dari tiga sekolah, akhirnya saya yang terpilih sebagai perwakilan dari sekolah saya, SMA N.2 Timang Gajah. Dari dua SMA lainya yaitu SMA Unggul Binaan (Rani Tiara Limfahany) dan SMA Permata (Diana). Kami mewakili kabupaten untuk Lomba Debat Bahasa Indonesia .
Nyatanya perjuangan belum juga bisa kecapaian. Kami kalah saat melewati babak kedua. Saat itu tersisa 12 kabupaten dari 34 kabupaten yang mengikuti lomba. Sedih, itu yang kami rasakan, sebab perjuangan untuk sampai ke babak tersebut tidaklah mudah. Akan tetapi pembimbing kami tetap menyemangati, beliau terus mengatakan jika kami sudah berusaha yang terbaik untuk lolos, jadi tidak apa-apa kalau saat ini belum sempat memegang kata 'menang'.
Menurut saya, lomba tersebut merupakan hal luar biasa yang pernah terjadi di hidup saya, disana saya menemukan teman dari berbagai sekolah, dapat bertukar cerita dan pikiran di tempat tidur yang sama, juga meratapi kekalahan kami dengan senyuman dan kalimat semangat yang menghibur. Masyaallah....
Lomba Debat Bahasa Indonesia adalah lomba terakhir yang saya ikuti di SMA, sebab setelah itu saya sudah kelas dua belas, jadi saya memilih fokus untuk belajar. Saya memilih jurusan IPS di SMA, dengan mengambil fokus di pelajaran Sosiologi. Pasti banyak dari kalian yang heran kenapa saya memilih sosiologi bukanya ekonomi, padahal jurusan saya saat ini adalah Ekonomi Pembangunan. 'Kan lari banget, ya?
Dulu sewaktu SMA, saya tidak suka hitungan. Bahkan dijelaskan sampai guru rambutnya rontok pun saya tidak akan paham, mungkin paham... namun hanya sedikit. Mengapa demikian? Sebab saya menganggap matematika itu rumit, kayak hidup saya, banyak kelok-keloknya, banyak perhitunganya muehehehe....
Oke, kembali ke pembahasan. Singkat cerita, selepas ujian akhir sekolah selesai terlaksana, pihak sekolah mengumumkan jika murid yang ingin masuk ke perguruan tinggi memiliki 3 jalur (SNMPTN, SBMPTN dan SPAN). Waktu itu yang pertama dibuka adalah jalur SNMPTN, jadi saya dan beberapa teman ikut mendaftar, dan Alhamdulillah 17 orang lewat pada jalur ini, salah satunya termasuk saya sendiri. Saya memilih dua Universitas waktu itu, yang pertama adalah UNSYIAH ( Jurusan Ekonomi Pembangunan) --lewat-- dan kedua yaitu UNIMAL (Jurusan Ekonomi Manajemen).
Perjuangan belum berakhir, saat itu sekolah juga mengumumkan jika setiap murid yang ingin kuliah namun terkendala biaya untuk mendaftarkan diri ke sekolah agar mencalonkan diri sebagai penerima Beasiswa Bidikmisi. Tentu saja saya ikut mencalonkan diri, apalagi memang ini yang saya kejar sejak awal masuk SMA. Saya tentu bahagia mengetahui jika saya lulus jalur SNMPTN, akan tetapi tetap saja saya takut... apalagi waktu itu belum jelas antara saya akan dapat beasiswa bidikmisi atau tidak, sebab hanya pengumuman SNMPTN yang sudah, sedangkan pengumuman penerima beasiswa belum. Ibaratnya seperti ini "Berhasil lompat dari lubang pertama, belum tentu bisa lompat pada lubang kedua."
Takdir Allah adalah sebaik-baiknya takdir. Allah tidak akan membiarkan seseorang yang berjuang jatuh begitu saja. Tidak lama setelah pengumuman SNMPTN, hasil Bidikmisi keluar, dan ada nama saya disana. Masyaallah, begitu besar sekali kuasa Tuhan. Saya amat bersyukur, sebab perjuangan saya tinggal sedikit lagi untuk mendapatkan beasiswa itu 'lebih pasti'. Jujur, sedikit ketakutan masih terselip di hati saya, sebab... saya masih lulus seleksi berkas, bukan wawancara. Jadi saya harus melakukan daftar ulang dan wawancara dulu ke Banda Aceh. Saat itu, wawancara dilakukan di Gelanggang Unsyiah.
Nyatanya, saya kembali diuji untuk kesekian kali, saya terkendala modal saat akan pergi ke Banda, sebab pada saat itu... orangtua juga sedang mengumpulkan uang untuk Abang agar dapat pergi ke Banda Aceh, berniat mencari kerja. Belum lagi kebimbangan akan menginap di mana ketika tiba di kota, sebab saya tidak punya saudara disana. Sedangkan untuk membayar kos, uang yang saya bawa itu pas-pasan. Sempat panik dan pias menyelimuti saya waktu itu, bingung harus melakukan apa.
Di tengah kebingungan yang berat, saya dikabari oleh teman saya ( Rahayu) jika boleh ikut bersamanya ke Banda, menginap di tempat saudaranya di Asrama Kepolisian. Waktu itu abang saya langsung mengalah, beliau mengikhlaskan uang yang dikumpulkan orangtua untuk saya agar pergi lebih dulu ke Banda. Saya bersyukur saat itu, sebab menemukan jalan keluar. Singkat cerita, saya tinggal disana selama beberapa hari, saudaranya menerima saya dengan baik, Alhamdulillah. Saya masih ingat, waktu itu masih bulan suci Ramadan.
Yang namanya tinggal di tempat orang, pasti tidak ada yang betah. Begitupun saya. Namun, saya tidak punya pilihan, saya tahu hidup di tempat baru itu tidak mudah. Namun saya harus tetap menjalaninya, saya percaya jika segalanya pasti akan baik-baik saja ketika perjuangan ini selesai. Setelah beberapa hari, akhirnya semuanya selesai, saya kembali pulang ke kampung halaman dengan membawa harapan yang sangat besar di dalam hati.
Lagi-lagi kalimat 'pilihan Allah lebih baik' kembali terulang. Menangis bahagia. Itu yang saya lakukan begitu membaca pengumuman kedua beasiswa. Saya lulus, Alhamdulillah. Allah sungguh baik, ia mengabulkan doa-doa saya selama ini. Tidak berhenti lantunan kalimat 'Allahu Akbar' bersuara di dalam hati. Semua itu karena kuasa-Nya, jika tanpa kehendak-Nya, saya yakin tidak akan pernah berada di sini sekarang. Dan ketika menulis ini, kalimat itu kembali terlontar, momen-momen perjuangan saya dahulu berputar apik di kepala bagaikan kaset favorit. Terima kasih Ya Allah....
Kisah diatas hanya sebagian kecil dari pengalaman jatuh-bangun yang saya alami untuk sampai pada titik ini. Masih banyak kejadian-kejadian lainya yang menemani saya ketika berjuang. Akan tetapi, semoga kisah saya dapat menjadi inspirasi kalian semua. Aamiin.
Untuk yang sedang menjalani kuliah daring, termasuk saya. Semangatlah! Sebab banyak orang yang ingin berada di posisi kita sekarang. Banyak orang-orang yang terpaksa patah padahal telah berjuang mati-matian. Banyak orang-orang yang ingin menjadi 'kita'. Bersyukur lah dengan apapun keadaanmu, tetap bangkit dan terus berlari, jika lelah berhenti sejenak. Entah untuk meneguk air, atau memerhatikan sekitar, bukan untuk menetap. Jalan kita masih panjang, ada orang tua yang harus kita bahagiakan... dan ada masyarakat yang harus kita bantu diluar sana. Jangan lupa tersenyum untuk hari ini!




Komentar
Posting Komentar