Motivasi Hidup: Fenomena Cinta Dalam Diam, Baik Enggak, Sih?

Hai semua, gimana kabar hari ini? aku harap kabar kalian masih baik. Udah lama ya aku nggak update lagi? dan sejak hari itu, aku udah jarang nulis lagi. Bahkan diary yang setiap hari aku tulis pun, udah lama nggak disapa. Whaha, tapi hari ini aku tepatin janji untuk balik lagi, terima kasih untuk kalian pembaca aku yang bahkan bisa dihitung jari. Makasih karena tetep setia nungguin lanjutan dari penulis yang kurang konsisten kayak aku wkwkwk. Oke-oke, langsung aja deh.

Happy Reading! Please coment and share guys!


Fenomena Cinta Dalam Diam, Baik Enggak, Sih?

    Hati manusia diciptakan oleh Allah dengan fenomena yang beragam. Entah itu perasaan sedih, gembira, kesal, marah maupun kecewa. Kita sebagai manusia sudah sepatutnya bersyukur kepada Allah, sebab karena-Nya lah kita bisa merasakan yang namanya warna kehidupan. Jika tidak ada Dia, mungkin entah sudah seperti apa kehidupan kita ini. Hambar. Kalau kata orang sih, gak ada seninya!

    Setiap orang pasti pernah merasakan berbagai perasaan seperti itu. Ada yang menangis karena bahagia, ada yang sedih karena dikecewakan, ada yang kesal karena diganggu ataupun perasaan lainya yang pasti setiap orang sudah mengalaminya. Namun, bagaimana dengan perasaan yang bernama ‘cinta’? lebih tepatnya cinta dalam diam.

    Cinta dalam diam itu seperti kisah ‘Pungguk Merindukan Bulan’, tidak berujung dan tidak tahu seperti apa nanti endingnya. Cinta dalam diam juga tidak melibatkan banyak pihak, hanya kita dan Allah saja yang tahu. Bagi sebagian orang, cinta dalam diam itu menguras tenaga dan waktu, sesak dan tidak ada gunanya sama sekali. Apa kau juga berpikir hal yang sama? Jika iya, artinya kita berbeda.

    Setiap hal yang terjadi di bumi adalah kehendak Allah SWT. Suka atau tidak suka, kita tidak bisa melawan takdir. Begitu pula dengan hati, jika hati kita sudah jatuh pada satu orang alias jatuh cinta, kita tidak bisa apa-apa. Sebab, cinta tidak bisa memilih kepada siapa ia akan jatuh.

    Saya adalah gadis yang lahir dan dibesarkan di keluarga yang biasa-biasa saja, dengan menyandang nama Sara (samaran), nama yang cantik bukan? Hidup di keluarga sederhana membuat saya lebih merasa hidup.

    Cinta dalam diam. Saya menumbuhkan perasaan itu sejak masih duduk di bangku kelas dua SMP. Lumayan lama? Tentu saja. Bahkan sampai saat ini, rasa itu masih tetap ada, walaupun sudah sedikit memburam, disebabkan karena saya sudah mulai jenuh dan merasa bodoh sendiri. Namun, tidak ada penyesalan sedikitpun di hati saya karena menumbuhkan rasa pada orang yang salah. Bahkan, seharusnya saya ‘berterimakasih’ pada rasa itu, sebab berkatnya saya bisa berdiri seperti sekarang.

    Seseorang itu begitu berarti bagi saya. Dia memang tidak tahu saya menyukainya sejak lama, sebab saya tidak pernah memerhatikanya intens saat dia presentasi di kelas atau saat dia memainkan gitar di balik gorden jendela sekolah. Dia tidak terlalu tampan atau manis, namun pandangan setiap orang berbeda-beda ‘kan? Tetapi menurut saya, dia sempurna.

    Pria itu tidak bodoh. Mungkin dia memang pendiam saat dikelas, namun untuk urusan matematika dan presentasi, dia jagonya. Kalau kata temen-temen saya, dia itu gabungan antara kata ‘singkat, padat dan jelas’ karena dia jika berbicara apa-adanya dan tidak bertele-tele. Kepintaran yang dia punya adalah salah satu alasan kenapa saya bisa menetapkan dia sebagai “seseorang yang berarti” di hidup saya setelah kedua orangtua saya sendiri.

    Saya tergolong siswa yang lumayan pintar di sekolah. Sejak SD, saya selalu juara di kelas. Dulu semaktu masa merah putih, semangat saya sangat membara dalam belajar. Namun, ketika memasuki masa putih biru, semangat belajar saya mulai menurun. Sehingga dua kali saya gagal memegang juara kelas. Saya juga terlalu pemilih ketika berteman, sehingga menyebabkan saya susah untuk berbaur dengan orang asing hingga saat ini.

    Kehidupan saya selama di SMP lebih terasa bewarna disebabkan ‘orang itu’. Semangat saya kembali membara saat kelas sembilan, itupun karena dia sekelas dengan saya. Jujur waktu itu, saya belum tahu persis seperti apa pacaran atau cinta, yang pasti ketika melihat dia yang pintar, saya juga ingin kembali pintar. Dia menjadi motivasi tersendiri untuk saya ke sekolah. Lucu bukan?

    Masa SMP terasa begitu cepat. Takdir seolah mempermainkan kami juga. Kalian bisa menebak jika saya dan dia ternyata masuk di SMA yang sama. Seakan tak cukup disitu, Allah tenyata punya jalan yang lebih mengejutkan lagi, kami jatuh di kelas yang sama. Ajaib, bukan? Tetapi jujur saat itu, saya bahagia luar biasa. Walaupun dalam tiga tahun di SMA itu kami masih layaknya manusia asing yang bercakap seperlunya saja, tetapi tetap saja ada sensasi tersendiri. Ada motivasi hidup tersendiri yang dia izinkan untuk saya lihat setiap hari. Wajahnya itu, dan yang paling penting semangat belajar saya semakin menggebu sebabnya karena dia. Lumayan bucin, sih hahaha....

    Nyatanya, cinta dalam diam itu tidak begitu buruk. Ada sisi positif yang bisa kita jadikan alasan. Ya... seperti yang saya ceritakan pada kalian. Jujur, ketika menulis ini, saya senyum-senyum sendirian di atas kasur seperti orang gila. Saya seperti kembali ke masa itu, yang jelas apa yang saya katakan dalam tulisan ini, memang benar adanya. Kalian bisa menganggap kisah saya ini seperti cinta monyet atau sejenisnya. Tetapi bagi saya sendiri, rasa yang tumbuh pada saat itu bukan main-main. Mungkin terdengar lucu dan aneh. Saya akui itu.

    Ternyata... Allah punya jalan lain untuk saya. Mungkin ini teguran, sebab saya terlalu mendambakan seseorang yang belum tentu menjadi milik saya di masa depan. Allah ingin saya menjadi orang yang tidak putus harapanya walaupun satu ‘sosok motivasi’ hidup sudah hilang. Allah ingin menyadarkan saya bahwa masih ada beberapa ‘sosok’ lain yang dari awal sudah menjadi motivasi untuk sukses, yaitu orangtua. Benar, bukan?

    Sungguh besar kuasa Allah dalam mengatur takdir hamba-hamba-Nya. Ia tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Sesungguhnya tidak ada penulis skenario seindah skenario yang di tulis Allah SWT. Setiap kejadian di muka bumi, tidak ada yang sia-sia. Segalanya ada hikmahnya. Entah itu baik atau buruk, takdir versi Allah adalah sebaik-baiknya versi.

    Belajarlah dari apapun yang kamu alami, dengar atau lihat di muka bumi ini. Jangan menganggap yang buruk menjadi buruk, jangan juga melihat yang baik semakin baik, namun alangkah baiknya pelajari atau amati dulu lebih lanjut baru menyimpulkan, agar tidak terjadi penyesalan di masa depan.



NB: Aku pernah denger Raffi Ahmad bilang gini, "Kalau jadi manusia itu, jangan pilih jadi bintang, karena ia akan redup. Tapi jadilah langit, yang sanggup menerima kondisi apapun. Entah mendung, siang, malam, cerah, badai dan lain-lain ia selalu siap beradaptasi disituasi apapun."



Komentar

Postingan Populer