Puisi untuk Ibu: WASIAT
WASIAT
Oleh Indah Satriani
Hilir malam menenggelamkan jiwa yang berduka
Sebab Sang Khalik membuka noktah nostalgia
Akalnya dipaksa menyusuri cerita lama penuh kelam juga derita
Hiburan jangkrik malampun tiadalah berdaya guna
.
Gadis itu meringkuk berpeluk hilir lintar di angkasa
Menumbuhkan secercah harap jelas berakhir luka
Mencoba menghapus kisah kelam merupa
Meremang air mata bersama kecamuk sesak dada
.
Keping cerita lama tersusun mozaik
Mahluk permai mulai membayang tersenyum baik
Merentangkan tangan menyambut sesuatu yang fana
Lalu lenyap berganti adegan berikutnya
.
Sang gadis menguncup tirta ke beribu kalinya
Teringat peninggalan kata mahluk jelita, “Jaga sendi kehidupanmu, wahai Anindya. Berlaku permai bagaikan satin. Jangan mudah di hancurluluhkan manusia hologram. Jadilah kembang laut yang bersembunyi di lokan-lokan. Tumbuhkan kearifan untuk tuaian masa depan.”
.
Sunyi angin terakhir berhembus
Tinggallah kenangan dan teriakan sang gadis yang tak bisa terhapus
Hingga kini, kesekian kali
Pilu menetap dalam hati
.
Sang gadis bergumam di hening temaram, “Sampai jumpa kelembutanku. Sampai bertemu malaikatku. Kamu ibuku, anakmu merindukanmu.”





Komentar
Posting Komentar