Motivasi: Jangan Men-judge Diri

 

Udah lama ya engga nulis. Eh, bukan engga nulis sih, lebih terpatnya engga update lagi di blogger. Sebab  aku engga bisa lepas dari yang namanya nulis, jadi nulis pastinya gak pernah jeda hehehe. Postingnya aja yang suka nunda-nunda :). 

Akhir-akhir ini aku sering banget nulis tentang mencintai diri sendiri, engga tahu kenapa masih nyangkut di tema itu gitu. Mungkin karena ada kaitanya sama yang sedang menimpa aku juga kali ya, entahlah gaisss....

Di bawah, aku posting satu prosa yang semoga bisa bermanfaat untuk kalian, pembaca gaib hehehe. Semoga sukaa! Salam literasi!


Motivasi untuk Kalian Para Manusia Bumi; Jangan Men-judge Diri

Oleh Insa

 


    Manusia. Satu kata yang selalu muncul di manapun kita berada. Bukan muncul sih, lebih tepatnya ya ‘kita juga manusia.’ Bener, ‘kan? Manusia itu rumit. Mereka memiliki berbagai pikiran di otaknya sendiri yang sebagian suka memendam, namun sebagian lainya suka melampiaskan. It’s True? Yes, of course. Kita manusia yang mana nih?

    Selain pikiran, manusia juga punya beragam perasaan di hati masing-masing. Bukan cuman suku atau panorama indonesia aja yang beraneka ragam whahaha. Udah, jangan ngelak, kenyataanya memang benar seperti itu. Kalian nggak perlu mikir panjang untuk menjawab berbagai pertanyaan yang muncul di kepala kalian begitu membaca paragraf ini. Sebab otak kalian akan spontan dengan lancar mengeja berbagai jenis perasaan yang di anugerahkan Tuhan untuk setiap manusia.

    Bicara tentang perasaan, satu kata itu memiliki efek sensitivitas yang tinggi banget. Bukan cuman perempuan aja yang ngandalin perasaan, tapi laki-laki juga. Munafik kalau kalian kaum laki-laki berusaha ngelak setelah membaca kalimat ini.

     Perasaan itu nggak jauh-jauh dari yang namanya ‘sakit hati’. Why? Kita marah karena sakit hati. Kita sedih karena sakit hati. Kita kesel karena sakit hati. Bahkan nih, kita merasa menjadi manusia paling merana pun ya karena sakit hati. Sampe kita lupa, kalau sakit hati tertanam di dalam diri sebab paling utamanya karena kita memperkuat serangan ‘sakit hati’ itu. Ibaranya gini, demam akan lama sembuh kalau kita pasrah sama keadaan. Enggak nge-cek ke rumah sakit, enggak beli obat demam, nggak makan berhari-hari. Endingnya apa? Yang rugi siapa? Diri sendiri ‘kan? Finalnya ya mati!

     Kembali ke kata ‘manusia.’ Pas baca ini pikiran kalian udah jalan atau masih loading? Wajar ya, karena otak manusia juga punya jaringan masing-masing. Entah itu H+, 3G atau bahkan 4G. Whahaha mimin becanda kok, netizen.


“Ih dia ngomong seenak udelnya aja, sok bijak!”

“Ngapain sih dia gitu? Dia pikir udah keren?”

“Enggak mampu aja berlagak mampu, udahlah nyerah aja. Kamu nggak akan bisa!”

“Kamu itu bodoh, mana ada manusia bodoh yang bisa mengendalikan dunia!”

 

    Ett! Tunggu dulu. Setelah kalian baca kalimat miring diatas yang nggak ada bobotnya itu gimana perasaan kalian? Atau nih, seandainya kalian yang ada di posisi sebagai ‘penerima’ kalimat-kalimat menjatuhkan itu gimana kondisi hati kalian? Bagi yang kuat pasti akan nanggepin semua kalimat itu kayak angin lalu. Tapi... bagi yang nggak kuat pasti bakal sakit hati banget. Mirisnya nih, mereka yang ngga kuat akan ‘membenarkan’ semua ucapan-ucapan seperti itu. Dia percaya dirinya bodoh, dia percaya dirinya nggak bisa apa-apa dan berbagai pemikiran negatif  lain yang akhirnya bermunculan satu persatu di otak orang yang berpikiran sempit.

    Hei! Perlu aku teriak lagi nih ke kalian-kalian kalau kita ini manusia!

    Sebagian dari kalian akan nanya gini, “Ia tahu manusia. Terus hubunganya apa?”

    Hubunganya banyak banget tahu. Kalau di buku “Kaum Rebahan Beri Perubahan” tulisan Kak Fathur, ada kesimpulan yang bisa kita ambil dan jadi motivasi diri, katanya gini, Manusia punya akal. Akal digunakan untuk berpikir. Akal itu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Bagi manusia yang udah di kasih Tuhan akal, sungguh akan rugi banget kalau akal itu nggak digunakan untuk berpikir. Paham, ‘nggak?

     Simple-nya gini. Semakin kita menggunakan akal untuk berpikir negatif maka hasil pemikiran yang kita peroleh akan sangat buruk. Misal kita berpikir kita bodoh, dan kita terus merapalkan di otak bahkan menanamkanya, maka otomatis kita benar-benar akan bodoh. Bahkan bisa menjadi ‘semakin.’

     Tetapi, coba deh kita ganti pikiran negatif itu dengan kalimat ‘aku nggak bodoh kalau aku belajar’.  Aku bukan nggak bisa, tetapi masih pengenalan. Suatu saat aku pasti bisa, kok. Seharusnya aku nggak jatuhin diri aku saat semua orang berusaha menjatuhkan aku, seharusnya aku kuat dan berusaha keras, bangkit lalu meraih impian itu. Mereka cuman ngomong, tapi aku yang bertindak. Pertanyaanku, kalau bukan kita yang motivasi diri sendiri, siapa lagi?

     Di buku kak Alvi Syahrin yang judulnya Jika Kita Tak Pernah Baik-Baik Saja, beliau bilang begini, Sejatinya... manusia itu sendiri. Walaupun kita enggak bisa hidup seorang diri di muka bumi, tetap saja semua kekuatan ada di kita sendiri. Kalau diri sendiri aja nggak mau berusaha kuat untuk hidup, gimana mau menghadapi kehidupan?

     So Guys, hidup adalah ladang cobaan. Jika kita mampu mengelola ladang itu dengan baik, maka hasil yang kita dapat akan baik. Namun, jika ladang tidak mau kita kelola bahkan kita berusaha melarikan diri dari tanggung jawab itu, maka kita binasa.

     Ingat ini, ketika kita men-judge diri sendiri, maka saat itulah kita tamat. Pliss lah... jangan bikin cerita hidup diri sendiri jadi sad-ending! Allah menetapkan takdir setiap manusia, tetapi takdir masih bisa di ubah dengan doa. Yang bisa mengubah takdir itu adalah Allah. Jadi kenapa takut untuk terus berdiri kokoh melanjutkan perjuangan sampai titik darah penghabisan? Padahal kita punya Allah yang punya ‘kun fayakun’.

     Jangan pikirin manusia yang penggunaan akalnya minimalis itu. Biar aja dia ribet sendiri. Kita hanya perlu memikirkan Allah dan terus berjuang dengan diiringi doa. Yok bisa yok!

 Bismillahirahmanirrahim. Semuanya akan mudah kok. Percaya saja pada kata 'tidak ada perjuangan yang menghianati hasil, yang ada hanya kemenangan yang tertunda.' Kalaupun nanti meleset, setidaknya kamu sudah mencoba yang terbaik.

Sebab, jatuh yang paling sakit adalah menyerah sebelum semuanya di mulai.

Komentar

Postingan Populer