Kisah Nyata Terbaik 2023: Sampaikanlah Walau Satu Ayat!
Sampaikanlah Walau Satu Ayat
Oleh insa
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَة
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari)
Cerita ini ketika aku
dan temanku baru saja selesai mengikuti kegiatan Tabligh Akbar di Masjid Jamik
yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Fakultas FUAT (Forum
Ukhuwah Aneuk Teknik) pada hari ini. Tepat pukul 12 lewat atau memasuki sholat
dhuhur kegiatan tabligh akbar baru saja selesai, setelah itu kami memutuskan
untuk makan bakso terlebih dahulu untuk mengganti makan pagi dan siang yang
tidak sempat dilakukan (temanku ada sarapan sih, aku aja yang engga hehe).
Namun sesampainya di sana warung tutup, akhirnya kami memilih untuk makan nasi
di paparon saja. Benar kata orang, kalau hati dan pikirkan itu mudah berubah,
sewaktu melewati masjid, kami memutuskan untuk sholat dzuhur dulu dan menunda
makan siang, dan disinilah cerita ini dimulai. Tentang wanita berwajah malaikat
yang menyampaikan satu ayat kepada kami bahkan hanya meminta 1 menit saja dari
waktu kami setelah sholat dzuhur.
Seperti biasa, kami
sholat berjamaah di masjid, awalnya hanya kami berdua saja yang menjadi makmum
perempuan di belakang, dan bertambah tiga saat ibu-ibu (wanita yang kumaksud)
mengisi saff di sampingku. Seperti biasa, rutinitas setelah sholat dhuhur
pastilah imam akan memimpin dzikir, setelah dzikir dilanjutkan salam-salaman
dan berdoa. Aku memulai salam kepada ibu tersebut sambil tersenyum, diikuti
temanku yang juga salim kepada beliau dengan senyuman juga. Sholat hari itu
ditutup dengan sholat bakdiyah dzuhur.
Selepas sholat, ibu
tersebut memanggilku. Dengan senyuman yang tak lentur di wajahnya, ia
memandangku dengan lembut.
“Siapa namanya, Nak?
Tinggal dimana?” tanya beliau sambil terus tersenyum tulus.
Aku membalas senyumnya.
“Indah, Buk. Tinggal di tungkop,” jawabku sopan.
“Itu temanya? Siapa
namanya dan tinggal dimana?” beliau bertanya lagi.
“Iya buk. Itu Sahara,
tinggalnya di Darussalam,” terangku lagi seraya melihat ke arah Ara yang sedang
berkutat dengan kaca dan hijab di sudut masjid.
Ibu tersebut (belum
kutahu namanya) lagi dan lagi tersenyum padaku hingga rasanya kebahagiaan dunia
hanya milik ibu itu saja.
“Boleh ibu minta
waktunya satu menit?” tanyanya lagi.
Aku yang saat itu
diliputi perasaan positif mulai suuzon terhadap ibu tersebut. Astagfirullah.
Kalian tahu apa yang aku pikirkan saat itu? Aku berpikir ibu tersebut
barangkali adalah seorang tukang hipnotis yang bisa saja mencuri apa yang
sedang aku dan temanku bawa, belum lagi aku teringat isu kalau sedang banyak
tukang hipnotis berkeliaran di Banda Aceh. Kondisi masjid saat itu juga sepi
sisa kami dan beberapa orang saja, itupun sudah banyak yang pulang. Hatiku
semakin tidak menentu.
Dengan ragu, aku
mengiyakan permintaan ibu tersebut. Lantas dengan tergesa-gesa langsung menemui
Ara dan mengatakan kalau ada ibu-ibu yang mau berbicara kepada kami berdua. Ara
menutup rasa heranya dengan melihat ke arah Ibu tersebut yang sedang berjalan
ke arah kami berdiri.
“Maaf ya ibu ganggu waktu kalian sebentar. In syaa allah engga lama kok, karena ibu percaya kalau kebaikan harus disampaikan..” beliau lagi dan lagi tersenyum dengan wajah tulusnya. “Sebelumnya perkenalkan nama ibu Una, nama kamu siapa dst.. (beliau kembali menanyakan nama kami). Izinkan ibu untuk sampaikan sedikit kebaikan yaa…” lanjutnya. Bu Una mulai membaca ayat.
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا۟
مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَٰلَهُمْ
“żālika
bi`annahum karihụ mā anzalallāhu fa aḥbaṭa a'mālahum”
Artinya: Yang demikian itu adalah karena
Sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Quran) lalu
Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka (Q.S Muhammad ayat 9).
Bu Una melanjutkan, “Ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak memberi
pahala bagi amal dan perbuatan orang-orang kafir dan tidak memberi hidayah dan
taufik-Nya karena mereka mengingkari petunjuk-petunjuk Al-Qur'an yang telah
diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai rasul-Nya. Jadi kita sebagai umat
muslim sudah seharusnya mengamalkan sesuatu ya dek, semoga kita menjadi orang
yang punya iman ya,,”
Aku terpana sejenak, beliau sungguh luar biasa. Ini yang dinamakan
dakwah. Beliau menyapa kami dengan senyum, memperkenalkan diri, menanyakan nama
kami juga, kemudian menyampaikan kebaikan kepada kami dengan wajah tulus dan
senyuman yang tidak pernah luntur sejak awal bertemu sampai akhir penyampaian.
Masyaallah,, dosanya hamba yang sempat suuzon kepada beliau tadi.
Astagfirullah….
Aku menatap temanku yang ikut takjub melihat beliau.
“Kita sekarang tahu ya dek, umat muslim sekarang susah ya,, bahkan
jauh dari Allah... semoga kebaikan yang ibu sampaikan bermanfaat ya dek, ibu
pamit ya,, assalamualaikum….” Lanjut beliau lagi tentunya senyum tulus itu lagi
yang ditampakkan.
“Waalaikumussalam,” jawabku dan temanku serentak.
Aku melihat ke arah temanku lagi, “Ya Allah Ara… kejadian hari ini.
Baru kali ini kita jumpai ibu-ibu yang menyampaikan dakwah dengan cara kayak
gini ya…”
“Iya, Ndah. Ibu itu udah berumur, tapi semangat dakwahnya ada. Semoga
kita juga bisa seperti itu ya,, semangat yok,” balas temanku dengan senyuman.
…
Masyaallah. Begitu besar semangat Bu Una untuk menyampaikan kebaikan
walau hanya satu ayat. Jujur, aku begitu tersentuh dengan cara beliau untuk
menyampaikan kebaikan tersebut. Allah pasti punya maksud mempertemukan kami
dengan beliau, aku yakin itu. Pasti ada udang di balik udang, eh! Hehehe.
Semoga kita juga bisa menebar kebaikan dan berani untuk meyampaikan kebaikan
meskipun kebaikan itu sedikit. Aku harap cerita kisah nyata yang singkat ini
bisa menjadi pelajaran untuk aku dan kita semua yaaa, Aamiin Allahumma Aamiin.
....
"Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam menyebarkan kebaikan, entah itu melalui media atau bahkan tatap muka sekalipun. Namun apapun cara yang kamu tempuh, selagi itu baik maka tetaplah lakukan. Kita tidak tahu amalan apa yang bisa membawa kita ke syurga. Namun Allah tahu, hati siapa yang ikhlas dan kebaikan yang mana yang akan membawa kita ke syurganya kelak."--insa.





Komentar
Posting Komentar