Artikel Opini : Menyikapi Kasus Bunuh Diri dan Pentingnya Pendidikan Agama terhadap Nilai Keluarga

Menyikapi Kasus Bunuh Diri dan Pentingnya Pendidikan Agama terhadap Nilai Keluarga

Oleh Insa

...

    Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 08 Oktober 2023. Hal ini tentu saja menjadi kasus yang wajib sekali kita perhatikan dan harus menjadi fokus pemerintah juga. Kasus bunuh diri banyak disebabkan karena depresi dan stress berkepanjangan yang dialami oleh banyak remaja (EGSA UGM,2023).

    Bedasarkan penelitian yang dilakukan Xavier et.al (2022), keluarga merupakan salah satu faktor penting yang dapat membuat remaja rentan terhadap bunuh diri. Remaja yang mendapatkan kasih sayang lebih dan perhatian dari keluarga cenderung mampu menangkis serangan dari luar seperti bullying dan insecure, begitu pula serangan dari dalam diri mereka sendiri. Hal ini disebabkan karena ada penguatan dari dalam keluarga sendiri. Keluarga adalah salah satu pelidung utama dari segala serangan.  


Pendidikan dan Nilai apa yang perlu ditanamkan oleh keluarga untuk anak mereka?

    Melihat realita yang terjadi saat ini, banyak keluarga yang hanya memfokuskan pendidikan anak mereka pada pendidikan yang berfokus pada dunia saja, hanya disisipi sedikit nilai keagaman ke dalam kehidupan sehingga banyak anak-anak yang hanya tahu mereka “punya agama” namun tidak paham maksud “beragama itu bagaimana.” Bahasa mudahnya adalah agama hanya  menjadi tulisan di KTP dan nihil pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari. Padahal agama sudah jelas sekali melarang manusia untuk bunuh diri, bukan hanya agama islam saja namun agama lain juga melarang demikian.

    Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Charles, A (2023), maka didapatkan hasil bahwa Gereja memegang prinsip manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Oleh karena itu, tidak ada hak yang diberikan kepada manusia untuk menghilangkan nyawa sesamanya maupun nyawanya sendiri. Allah adalah penentu kapan hidup dimulai dan kapan waktunya akan berakhir. Gereja secara tegas melarang tindakan Bunuh Diri sebagai pengingkaran diri manusia terhadap penciptaan Allah. Penulis juga sertakan pandangan dari agama-agama lain tentang Bunuh Diri. Dan setiap agama melihat Bunuh Diri sebagai dosa karena melawan kekuasaan Allah atas hidup manusia.

    Oleh karena itu, pendidikan agama menjadi sangat penting untuk diterapkan secara wajib di setiap keluarga. Menurut saya, agama adalah penguat diri setiap manusia, orang yang agamanya bagus alias pendidikan agamanya teraplikasi pada dirinya maka ia akan berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu, bukan hanya bunuh diri saja masalah remaja, namun termasuk mencuri, mengkonsumsi alkohol, perudungan, dan lain sebagainya. Bagaimana mungkin kita mengaku beragama namun agama tidak memberi pengaruh ke kehidupan kita? Jika di dalam agama Islam, semua perilaku dan hidup manusia harus di atur oleh Al-Qur’an dan Sunnah, dua hal itulah yang disebut dengan kesempurnaan islam.

    Perbaikan harus dimulai dari akar, dan akar dari pendidikan agama adalah keluarga. Jika saja setiap keluarga bertindak tegas dan mengajarkan tentang agama ke anak-anak mereka tentu saja banyak sekali masalah yang dapat diselesaikan atau meminimalisir masalah lain untuk muncul. Namun sayangnya saat ini adalah bukan anak-anak saja yang minim ilmu agama, namun orangtua juga begitu. Jadi, bagaimana mendidik dari keluarga jika dari atas sudah tidak terdidik? Berikut solusi yang saya tawarkan untuk membentuk generasi terbaik yang kuat agamanya dan mampu menangkis pengaruh buruk dari luar juga dari dalam diri mereka.

A. Memberikan contoh teladan yang baik

     Jika orangtua mengajari anaknya tetapi mereka tidak menunjukan sosok teladan yang baik, tentu saja anak tidak akan mau mendengar, misalnya kita meminta anak kita untuk membaca Al-Qur’an namun kita sendiri tidak mau membaca Al-Qur’an, tentu saja itu bukan hal yang baik. Tentu saja orangtua harus membentuk cermin terlebih dahulu baru menjadi cermin untuk anaknya.

B. Mengajari mereka tentang nilai-nilai agama sejak dini

       Mengenalkan mereka tentang Sang Pencipta. Jika orangtua beragama islam maka ketika anak akan tidur bisa membacakan cerita tentang Rasulullah, perjuangan islam dsb, bukan dibacakan dongeng putri tidur sehingga anak –anak cenderung lebih banyak berkhayal dan jauh dari peka terhadap realita.

C. Biasakan setiap perilaku anak disisipi nilai agama

       Misalnya mengingatkan mereka untuk membaca bismillah sebelum makan dll. Sopan dan santun juga perlu di ajarkan ke mereka, sebab akhlaq dan adab adalah poin penting dari setiap orang. Jangan sampai anak-anak kita memiliki ilmu dan lain-lain yang tinggi namun miskin adab dan akhlaq. Betapa buruknya hal itu.

D. Tegur mereka dengan baik

    Kenakalan anak salah satunya disebabkan oleh tindakan kasar dari orangtua seperti memukul dan lain-lain. Oleh karena itu jangan pernah ada kekerasan dalam keluarga jika tidak ingin terjadi hal yang sama ke generasi berikutnya!

E. Timbulkan rasa inisitif pada diri mereka

        Kebiasaan orangtua yang terlalu memanjakan anak bisa berdampak buruk, namun kalau sebaliknya juga tak kalah buruk. Oleh karena itu harus seimbang.

F. Pilih lingkungan tempat tinggal yang baik

    Jika pendidikan agama sudah bagus di terapkan di rumah, jika lingkungan tidak diperhatikan maka sama saja. Jadi faktor lingkungan juga harus diperhatikan dengan detail, sebab percuma kita tanamkan ke diri anak nilai agama yang baik namun ketika dia keluar lalu bertemu dengan orang-orang yang mabuk-mabukan misalnya dsb. Poin penting adalah anak-anak cenderung meniru apa yang dilakukan oleh sekitarnya!

G. Pilih lingkungan sekolah yang baik

    Mengapa? Sebab selain keluarga yang akan dekat dengan anak-anak dirumah, ada teman juga yang akan dekat juga dengan mereka. Jadi pemilihan sekolah juga harus diperhatikan. Anak yang berhasil di didik di sebuah keluarga dengan ilmu agama yang baik tentu saja tidak akan melawan ketika orangtuanya memilihkan lokasi sekolah yang tepat untuk mereka, justru mereka akan sangat mendukung hal itu.

...

Reference:

Depresi dan Bunuh Diri. Diakses pada 01 November 2023. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1450/depresi-dan-bunuh-diri

Sabiela, Xavier dkk. 2022. Faktor Keluarga yang Berhubungan dengan Perilaku Bunuh Diri pada Remaja. International Journal of Environmental Research and Public Health. Diakses pada 01 November 2023. https://doi.org/10.3390%2Fijerph19169892

Darurat Kesehatan Mental Bagi Remaja. Diakses pada 01 November 2023. https://egsa.geo.ugm.ac.id/2020/11/27/darurat-kesehatan-mental-bagi-remaja/

Carles ,A. 2023. Pandangan Gereja Katolik Dalam Menyikapi Kasus Bunuh Diri. Undergraduate thesis, IFTK Ledalero. Diakses pada 01 November 2023. http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/1580

Komentar

Postingan Populer