Be A Great Muslimah: Meneladani Istri-Istri Nabi, Menjadi Mujahidah di Masa Kini!
13 November 2024 | Artikel Seri Be A Great Muslimah
Oleh: Khazariatun Khadisah dan Nabila Maulidiska
-------
Ikuti Istri Nabi dan menjadi mujahidah tentu menjadi dambaan setiap muslimah.
Bagaimana menurutmu? Tuhan menjanjikan
surga kepada mujahidah.
“Sesungguhnya Aku tidak akan menyia-nyiakan
amal orang-orang yang berbuat baik di antara kamu, baik laki-laki maupun
perempuan, karena sebagian dari kamu adalah keturunan sebagian yang lain yang
terluka karena aku, yang berperang, dan yang terbunuh, niscaya akan Kuhapuskan
dosa-dosanya; Aliran air itu pasti akan membawamu ke surga. Dan Allah mempunyai
pahala yang baik. ” (Ali Imran: 195)
Dari ayat di atas, Allah dengan jelas menyatakan bahwa “orang-orang yang berperang” akan diangkat ke surga tempat mengalirnya sungai-sungai. Pertanyaan saya, menurut Anda apa dampaknya? Apakah Mujahidah adalah orang-orang yang berperang di jalan Allah? Atau ada penafsiran lain?
Bagi kaum tradisionalis, atau sering disebut kolot, jihad diartikan secara parokial, termasuk pertarungan fisik dengan musuh agama dan ketaatan pada aturan dan hukum Islam (Syariah). Makna jihad yang sempit ini juga menimbulkan sikap kekaguman (seringkali kekaguman berlebihan) terhadap kisah-kisah peperangan masa lalu yang dilakukan umat Islam melawan kaum kafir. Bagi orang-orang ini, cara menjadi seorang Mujahidin adalah dengan berjuang secara fisik untuk melestarikan Islam dan melawan musuh-musuh agama. Sebaliknya, manusia modern menafsirkan istilah ``jihad'' secara lebih luas. Bagi masyarakat saat ini, jihad berarti lebih dari sekedar memerangi musuh-musuh agama. Banyak orang di dunia modern percaya bahwa segala upaya serius untuk memerangi nafsu juga dapat dianggap sebagai jihad. Baik definisi kuno tentang jihad sebagai perjuangan melawan musuh agama maupun definisi modern tentang jihad sebagai upaya serius untuk memerangi keserakahan adalah benar. Sangat sulit untuk memahami istilah “jihad” dengan cara yang relevan dengan dunia modern.
Indonesia saat ini merupakan negara yang aman dan damai, namun
penafsiran kata “jihad” yang dilakukan oleh kelompok adat, khususnya jihad
terhadap perempuan muslim, tidak mencerminkan kondisi negara saat ini. Bagi perempuan, makna
jihad sebenarnya adalah upaya untuk
melindungi diri mereka sendiri, keluarga mereka, komunitas mereka, dan negara
mereka dari teroris. Dalam hal ini, perempuan muslim diharapkan dapat
mempelajari hal tersebut dan memperluas pengetahuan serta keterampilan
agamanya.
Muslimah yang ingin menjadi mujahid dan nyaman dengan teknologi dapat mewujudkannya dengan membuat konten edukasi seperti web journal, artikel, dan film yang menyebarkan ilmu keislaman. Untuk menjadi seorang mujahid, seorang muslimah harus mempelajari agama, mengajar, berdakwah, menulis dan berinteraksi, mengikuti kajian agama, dan membaca tentang wanita muslimah dari zaman Nabi, termasuk istri-istri Nabi, kita harus memperluas wawasan kita pengetahuan dan ketrampilan keagamaan serta mengamalkannya. Dalam kehidupan sehari-hari.
...
1. SITI KHADIJAH (Ummul Mukminin
Pertama).
Siti Khadijah meninggal di Mekah pada tahun
556. Khadijah adalah wanita pertama yang menerima Islam. Saat menikah dengan
Rasulullah SAW, ia adalah seorang janda berusia 40 tahun. Ia berasal dari
keluarga terpandang dan menjadi orang terkaya di kotanya.Sedangkan Rasulullah
SAW masih muda, sekitar 25 tahun, dan berasal dari keluarga miskin. Keinginan
untuk menikah datang dari Khadijah.
Ketika wahyu ini diturunkan kepada Nabi Muhammad, Khadijah adalah orang pertama yang mengakui kenabian suaminya. Khadijah disebut sebagai wanita pertama yang memeluk Islam, atau Asabikul Awarun. Seluruh kekayaan Khadijah digunakan seluruhnya untuk menunjang dakwah Nabi SAW. Kekuasaannya atas kaum Quraisy juga menjadikannya sebagai pelindung Nabi SAW dari ancaman kaum Quraisy.
Nabi SAW sangat mencintai Khadijah. Meski sudah beberapa tahun Khadijah wafat, Nabi SAW masih mengingatnya. Hingga istrinya yang lain, Aisha, pernah cemburu dan protes. “Demi Allah, tidak ada seorang play on words yang lebih berharga dari pada orang yang beriman kepadaku padahal orang lain tidak beriman, yang beriman kepadaku ketika orang lain berbohong, dan yang mengorbankan hartanya ketika orang lain berusaha melindunginya dan darinya Rasulullah berkata dihadapan Aisha, ''Saya telah mewariskan seorang keturunan.''
Nabi dikaruniai tujuh orang anak dari Khadijah, tiga orang putra dan empat orang putri. Putra mereka adalah al-Qassim, Abdullah, dan (Taher meninggal saat masih bayi). Sedangkan putri-putrinya adalah Zainab, Ruqayyah, Ummu Qalsum, dan Fathimah. Sebelum Nabi Muhammad SAW muncul, Khadijah pernah menikah dengan Abu Halal an-Nabashi container Zurarah. Khadijah mempunyai anak dengan Abu Halal.
Setelah kematian Abu Halal, Khadijah menikah lagi dengan Atiq bin Abid al-Makhzumi. Mereka tidak mempunyai anak sampai Atiq meninggal. Ummul Muqminin al-Kubra (Bunda Agung Umat Beriman) sendiri juga meninggal dunia pada tahun 619 H. H.
2.SAUDAH BINTI ZUM'AH (Ummul
Mukminin Ke-2).
Setelah kematian Khadijah, satu-satunya keinginan Nabi adalah menikah lagi. Anda juga seorang janda. Suaminya, Saqran bin Amr Al Amiri, meninggal saat bermigrasi ke Habshi (Ethiopia). Dia sangat sedih karena suaminya tiada. Untuk mengatasi kesedihannya, Rasulullah Saw melamar Sauda atas nasehat seorang wanita bernama Qawra binti Hakim As. Nabi SAW juga mencintai Sauda, namun hatinya ternyata tidak mampu mencintai wanita tersebut.
Karena rasa bersalah, Nabi SAW ingin menceraikan Sauda. Tapi apa yang Saudah
katakan, ``Ini akan menjadi Utusan Tuhan''? Saya mengajukan diri untuk Aisha
(Ummul Mukminin dari Tiga Nabi). Tidak diperlukan lagi. Ketika Nabi
menikahinya.
3. 'AISYAH BINTI ABU BAKAR(Ummul
Mukminin ke-3).
Putri sahabat Nabi Abu Bakar ash-Siddiq lahir
delapan atau sembilan tahun sebelum Hijrah. Dia menikah dengan Nabi ketika dia
berusia 6 tahun, tetapi setelah 3 tahun dia tinggal serumah dengannya. Dalam
budaya Arab, laki-laki tua menikahi gadis muda adalah hal yang lumrah. Salah satu
alasannya adalah perempuan Arab
cenderung secara fisik lebih tinggi dibandingkan usia mereka.
Setelah Khadijah, Aisyah adalah wanita yang
paling dekat dengan Nabi. Cantik dan cerdas, seperti itulah penampilannya.
Karena kedekatan dan kecerdasannya, Nabi banyak meriwayatkan hadis setelah
kematiannya. Terutama tentang perempuan dan keluarga. Terdapat
1.210 hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah, 228 diantaranya terdapat
dalam hadits shahih Bukhari.
Aisyah pernah menghadapi fitnah berat saat
menemani Nabi. Ceritanya, pada masa peperangan dengan suku Bani Mustarik,
Aisyah dipilih untuk mendampingi Nabi berdasarkan undian di antara istri-istri
Nabi. Dalam perjalanan pulang, rombongan perlu istirahat di tempat Aisyah
sempat memanjat dari puncak punuk unta. Lalu kembalilah. Tapi dia melewatkan
sesuatu, jadi dia kembali mencarinya.
Sementara itu, rombongan berasumsi bahwa Aisyah sudah berada di area tertutup
punuk unta dan berangkat meninggalkan Aisyah yang terdampar bersama rombongan.
Aisyah sudah tertidur ketika sahabat Nabi Safwan bin Buatar bertemu dengannya. Akhirnya dia bergabung dengan Safwan. Peristiwa ini kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang kafir untuk menyerang Nabi. Aisyah menebar fitnah dan berselingkuh dengan Nabi. Fitnah ini sungguh meresahkan masyarakat. Bahkan Nabi sendiri sempat goyah keimanannya kepada Aisyah. 11 ayat turunnya surat an-Nur. Hakikat wahyu yang menegur nabi dan membenarkan Aisyah.
Aisyah wafat pada malam Selasa,
17 Ramadhan 57 H, dalam usia 66 tahun. Shalat jenazahnya diimami oleh Abu
Hurairah dan dimakamkan di Ummahat al-Mukminin di Baqi (sebelah Masjid Madinah)
bersama Ummul Mukminin lainnya.
4. HAFSAH BINTI UMAR (Ummul Mukminin ke-4).
Pada tahun , Hafsa merupakan janda dari Qunais
bin Huzafa sahabat Nabi SAW yang gugur pada perang Uhud.
Nabi SAW menikahi Hafsa karena simpati
terhadap ayah Hafsa, Umar bin Khattab. Hafsa sedih karena ditinggalkan
suaminya, apalagi usianya baru 18 tahun. Melihat kesedihan itu, Umar pun
berniat mencari suami lain.
Pilihannya ada pada temannya, Abu Bakar, yang
juga orang kepercayaan Nabi Muhammad. Namun ternyata Abu Bakar hanya diam saja.
Umar kecewa dengan sikap Abu Bakar dan menemui Utsman bin Affan dengan niat
yang sama. Usman terungkap juga menolak
tawaran tersebut karena masih berduka atas meninggalnya istrinya. Istri Utsman
adalah Ruqaiah, putri Nabi.
Kemudian Umar mengadu kepada Rasulullah SAW.
Ketika Nabi SAW melihat temannya yang marah dan sedih, dia ingin
menyenangkannya dan berkata: “Hafsa akan menikah dengan orang yang lebih baik
dari Usman, dan Usman akan menikah dengan orang yang lebih baik dari Hafsa.”
Tak lama kemudian, Hafsa terlibat dengan Rasulullah SAW saat Usman berada di
sana. Ia juga menikah dengan Ummu Kalsum, putri Rasulullah Saw.
Suatu malam, Nabi SAW sedang
berduaan di kamar Hafsa bersama istrinya yang lain, Maryam. Hafsa sangat iri dan berkata kepada Aisyah,
Aisyah kemudian memimpin wanita lain
dalam protes terhadap Nabi SAW. Nabi SAW sangat marah atas kelakuan
istri-istrinya.
Dia sangat marah sehingga dia meninggalkannya
sendirian selama sebulan. Menanggapi kejadian tersebut, Allah menurunkan Surat
At Taharim (ayat 1 sampai 5).
Sejarah mencatat Hafsa dipilih dari kalangan
istri Nabi SAW untuk melestarikan mushaf Al-Qur'an yang pertama. Hafsa
meninggal pada awal pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan dan dimakamkan di
Umahat al-Mu`minin di Baqi.
5. ZAINAB BINTI KHUZAIMAH (Ummul Mukminin ke-5).
Zainab adalah istri Nabi Muhammad pertama yang
meninggal setelah Khadijah. Para sejarawan hanya mengetahui sedikit tentang
Zainab, termasuk latar belakangnya. Namun yang jelas dia juga seorang janda
saat menikah dengan Nabi Muhammad SAW.
Hidupnya bersama Rasulullah Saw singkat saja.
Antara 4 dan 8 bulan. Zaynab dikenal sebagai Umul Masaakiin karena kemurahan
hatinya terhadap orang miskin. Zainab meninggal saat Rasulullah SAW masih
hidup. Dan Nabi SAW sendiri mendoakan jenazahnya. Zainab dimakamkan pertama
kali di Baki.
6. UMMU SALAMAH (Ummul Mu`minin
ke-6).
Nama aslinya adalah Hindu Binti Abu Umayya bin
Mughira. Nama suaminya adalah Abdullah bin Abdul Asad. Abdullah atau Abu Salamah tewas saat berperang dengan Bani
al-Assad ketika mencoba menyerang Madinah. Sebelum Abu Salamah meninggal, ia meninggalkan wasiat
agar istrinya menikah dengan orang yang
lebih baik darinya.
Abu Bakar melamar Ummu Salamah dan ingin
melaksanakan wasiatnya, namun ditolak. Umar bin Khattab juga ditolak. Tidak ada
orang lain, bahkan Rasulullah SAW sendiri, yang akhirnya melangkah maju. Dan
itu diterima. Saat itu, Ummu Salamah hanya beberapa tahun lebih muda dari Nabi
SAW dan sudah melahirkan empat orang anak.
Sejarah mencatat Surat at-Taubah 102
diturunkan kepada Nabi SAW ketika beliau sedang terbaring di kamarnya di Ummu
Salamah. Jenderal Salama memainkan peran penting dalam Perjanjian Hudaibiya.
Banyak sahabat Nabi, termasuk Umar, yang
memprotes perjanjian ini. Setelah penandatanganan perjanjian, Nabi SAW
memerintahkan para sahabatnya untuk menyembelih sapi dan memotong rambutnya.
Tapi tidak ada yang menelepon. Rasulullah SAW
mengulanginya sebanyak tiga kali dan tetap tidak ada yang menjawab. Ia kembali
ke kemahnya dalam keadaan kesal dan marah, serta berpesan kepada Rasulullah SAW
agar ia memimpin dengan memberi contoh dan tidak hanya sekedar bicara.
Benar bahwa Rasulullah Saw kemudian keluar
untuk menyembelih sapi tersebut dan memerintahkan hambanya untuk memotong
rambutnya. Setelahnya, banyak umat Islam yang mengikuti tindakan Rasulullah SAW karena takut disuruh tidak mengikuti Sunnah
Rasulullah SAW.
Ummu Salamah mengamati perang itu dengan
cermat. Dia hidup sampai usia lanjut. Beliau wafat setelah peristiwa
Karbala, terbunuhnya Husein, cucu Nabi
SAW. Ummu Salamah adalah Ummahathul Muminin terakhir yang wafat.
7. ZAINAB BINTI JAHSY (Ummul Mukminin ke-7).
Zainab adalah mantan istri Zaid bin Haritza
yang sudah bercerai. Zaid adalah anak
angkat Nabi SAW. Zainab sendiri dan Rasulullah SAW juga bersaudara. Sebab wanita tersebut merupakan
cucu dari Abdul Muttalib, kakek Nabi SAW (lihat artikel Saheed, April 1997).
Meskipun pernikahan Zainab dengan Nabi jelas
merupakan perintah Allah, namun beredar rumor mengenai pernikahan mereka. Wahyu
yang memerintahkan Nabi untuk menikahi Zaynab tercatat dalam al-Azab surah 37.
Dari perkawinan inilah lahirlah hukum perkawinan, termasuk perintah berhijab
(Al-Azab 53).
8. JUWAIRIAH BINTI HARITS (Ummul Muminin ke-8).
Nama aslinya adalah Barrah binti Haritz bin Abi
Dhirar, dan dia adalah putri Haritz bin Dillar, seorang pemimpin pemberontak
dari suku Bani Mustaraq. Setelah menikah dengan Nabi, dia mengganti namanya
menjadi Juwayria. Sebelumnya, Juwayria adalah seorang tawanan perang.
Kisah selanjutnya kurang dikenal di kalangan sejarawan. Hanya saja beliau wafat pada usia 65 tahun di Madinah pada masa Muawiyah. Doa tersebut dipanjatkan oleh Imam Amir Madinah yaitu Marwan bin Hakam.
9.SOFIYAH BINTI HUYAI (Ummul Mukminin ke-9).
Sophia, satu-satunya istri Nabi yang Yahudi.
Sophia masih merupakan keturunan Nabi Harun dan ibunya Bala binti Samar. Meski
usianya baru 17 tahun, ia sudah menikah
dua kali. Pertama dengan Salam bin Masham, lalu dengan Kinana bin Rabbi bin
Abil Haqiq, pemimpin Benteng Qums, benteng terkuat di Khyber, tempat tinggal
orang-orang Yahudi.
Saat Sophia menikah, Nabi sebenarnya
berharap kebencian orang Yahudi terhadap
Muslim bisa diredakan. Sophia meninggal pada tahun ke-50 penanggalan Hijurian,
pada masa Mu'awiyah. Dia dimakamkan di Baqi.
10. UMMU HABIBAH BINTI SOFYAN (Ummul
Mukminin ke-10).
Nama
aslinya adalah Ramla Binti Abi Sofian. Dia sebenarnya adalah putri Abu Sofian,
pemimpin suku Quraisy, musuh bebuyutan
Islam.
Habibah
adalah nama putri Ramllah dari pernikahannya dengan Ubaidullah, adik Umr
Muminin Zainabula. Ramla tentu saja
masuk Islam.
Dia kemudian pindah ke Habysi (Afrika) bersama
suaminya. Sayangnya, suaminya murtad dan masuk Kristen setelah tiba di Habsyi.
Selain itu, Ramllah pernah menikah dengan Nabi SAW. Mendengar hal itu Abu
Sofien menjadi murka. Putrinya sendiri masuk Islam dan kini menikah dengan
musuh terbesarnya, Nabi Muhammad SAW.
Ramlah tetap memeluk Islam dan suaminya sampai
akhir hayatnya. Dia meninggal pada usia 60 tahun. Ia juga dimakamkan di Baqi.
11. MARIAH AL QIBTIYAH (Ummul Muminin ke-11).
Maria dulunya adalah budak raja Mesir. Belakangan, statusnya
diangkat dengan menjadi istri seorang
nabi. Setelah Khadijah, Mariah menjadi satu-satunya istri Nabi yang melahirkan.
Namanya Ibrahim bin Nabi Muhammad SAW. Sayangnya, Pak Ibrahim meninggal dunia.
Nabi SAW sangat berduka atas meninggalnya putranya.
Mariah meninggal pada 16 Hijriah. Doa Amir Muqminin Umar bin Khattab.
12. MAIMUNAH BINTI AL HARITS
(Umul Mukminin ke-12).
Nama aslinya adalah Barrah Binti Harits.
Setelah menikah dengan Nabi, Maimuna menggantikannya. Pernikahan tersebut –
yang saat itu Ibu Bala sudah berstatus janda berusia 26 tahun – sebenarnya
dilakukan atas permintaan Abbas bin
Abdul Muthalib, paman Nabi.
Pak Bala sendiri merupakan adik dari istri Pak
Abbas. Tidak banyak yang diketahui tentang sejarah Barrah. Yang jelas beliau wafat
pada tahun 51 Hijriah.
Kesimpulan:
Dari Kisah diatas dapat disimpulkan bahwa seorang Muslimah yang ingin menjadi Mujahidah, bukan berarti harus berperang melawan musuh Islam. Akan tetapi dengan memiliki sikap keberanian, keteguhan iman, keikhlasan dalam berkorban, kesabaran, ketangguhan, kebijaksanaan, kepedulian pada sesama, memiliki ilmu pengetahuan, juga merupakan sikap seorang mujahidah.



Komentar
Posting Komentar