Cerpen November 2025 : Toko Bunga Seruni

Toko Bunga Seruni

Oleh Insa


Di sebuah sudut kota kecil, berdiri toko bunga bernama “Seruni”. Bukan toko besar, hanya ruangan mungil dengan aroma mawar, krisan, dan tanah basah yang menyapa setiap orang yang datang. Pemiliknya, Ester, gadis yang selalu menata bunga dengan tangan lembut dan hati penuh kesabaran.

Setiap pagi, sebelum matahari tinggi, ia membuka pintu toko dan berkata pelan, “Semoga hari ini ada yang bahagia karena seikat bunga kecil.”

Ia tidak pernah merasa istimewa. Wajahnya biasa saja, bajunya sederhana, dan hidupnya tenang tanpa gemerlap. Namun, di balik kesederhanaannya, ada jiwa yang lembut, yang percaya bahwa kebaikan kecil bisa tumbuh seperti tunas di antara batu.

Suatu hari, seorang pelanggan baru datang. Namanya Aga, fotografer muda yang sedang mencari bunga untuk sesi foto majalah. Tapi entah mengapa, setelah hari itu, ia sering kembali. Kadang membeli satu tangkai lily, kadang hanya duduk di sudut toko sambil bercerita tentang cahaya, warna, dan hal-hal kecil yang sering luput dari pandangan orang.

“Kenapa kamu suka bunga, Ester?” tanya Aga suatu sore. Ester tersenyum, jemarinya merapikan daun mawar yang layu.

“Karena bunga nggak pernah iri. Dia mekar sesuai waktunya, tanpa membandingkan dirinya dengan yang lain.”

Aga terdiam. Ia baru sadar, kesederhanaan Ester punya kedalaman yang sulit dijelaskan. Setiap kata, setiap senyum, seperti kelopak yang terbuka pelan, tenang tapi memikat.

Hari demi hari, toko kecil itu jadi tempat persinggahan dua hati yang belajar saling memahami. Ester tak pernah mengubah dirinya untuk terlihat lebih dari “wanita biasa.” Tapi justru itu yang membuat Aga jatuh hati, karena di dunia yang sibuk mencari sorotan... Ester tetap jadi dirinya sendiri.

Suatu sore, saat matahari menembus kaca jendela toko, Aga datang membawa seikat bunga matahari.
Ia menaruhnya di meja kasir.

“Kamu tahu nggak, bunga ini selalu menghadap ke arah cahaya. Aku pikir, kamu juga begitu, Ester. Kamu nggak sempurna, tapi kamu selalu memilih jadi terang, bahkan buat orang lain.” Setelah mengatakan hal itu, Aga tersenyum tulus. 

Ester menunduk, matanya berembun bahagia. Untuk pertama kalinya, ia menyadari, ternyata menjadi wanita biasa bukan berarti tidak bercahaya, karena rupanya ada seseorang yang melihat sinarnya bukan dari luar, tapi dari dalam.

Akhirnya, toko bunga “Seruni” bukan hanya tempat menjual bunga, tapi tempat dua orang belajar bahwa cinta sejati tumbuh dari hati yang tulus,bukan dari keindahan yang sempurna... melainkan dari kesederhanaan yang penuh makna.


Selesai....

Komentar

Postingan Populer